Terkisah dua manusia berbeda dunia. Seorang perempuan yang tumbuh sebagai kakak pertama dari tiga bersaudari di Bontang, Kalimantan Timur dan besar di kehidupan perantauan selama bertahun-tahun hingga usia kuliah. Seorang lainnya, lelaki yang hidup sedari kecil sebagai bungsu di Sidoarjo dan menghabiskan kehidupan pendidikan dasar di Surabaya.
Di waktu mereka yang sebenarnya tidak terpaut jauh, sama-sama mengemban perjalanan studi 4 tahun di bawah naungan almamater ibu yang luhur ITS. Namun demikian, benang dan rajutan kisah itu masih belum tertaut dalam temu dan persilangan kawan. Dan di aliran waktu yang sama, hidup keduanya berlanjut seperti biasa.
Lamanya waktu dan samarnya lika-liku hidup merentang di kehidupan keduanya. Si perempuan yang mengabdi kembali di tanah kelahiran, lalu meneruskan kembali studi sekaligus menetapkan ladang nafkah di bumi Pasundan. Si lelaki yang mengarungi ribuan kilometer ke benua biru sebagai penuntut ilmu, kemudian melenggang mencari rezeki di hiruk pikuk ibukota, dan sampai ketika bertandang di negeri gingseng dengan hingar bingar Hallyu untuk kembali merangkai studi.
Seketika, dalam suatu titik waktu, si lelaki sedang menerima dan mengolah irama kehidupan. Dalam fase penghayatan hidup tersebut, seorang kawan menanggapi dan menawarkan bantuan untuk si lelaki bertukar kontak dengan si wanita. Terpaut waktu dan jarak yang menambah ragu, tibalah sepucuk surat elektronik dan bergulirlah hingga diskusi yang mengajak kontemplasi. Tidak untuk menghakimi tetapi lebih jauh mengenali diri.